Sumber Sejarah Kerajaan Majapahit
Sumber sejarah yang dapat digunakan untuk meneliti sejarah Kerajaan Majapahit diantaranya bersumber dari peninggalan kerajaan Majapahit yakni sebagai berikut :
A. Prasasti kerajaan Majapahit
1. Prasasti Gunung Butak
2. Brumbung
3. Kudadu
4. Gajah Mada
5. Jiu
B. Karya sastra kerajaan Majapahit
1. Negarakertagama
2. Pararaton
3. Sutasoma
4. Kidung Sundayana
C. Candi-candi kerajaan Majapahit
1. Candi Penataran
2. Candi Tikus
3. Candi Tegalwangi
4. Candi Bajangratu
5. Candi Jabung
6. Candi Kedaton
D. berita-berita asing berupa dari :
1. Tiongkok : Arca
2. India : Mata Uang
3. Arab : Keramik
Pendiri Kerajaan Majapahit
Adapun pendiri kerajaan Majapahit adalah didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1293 M. Mengenai sejarah terbentuknya dan berdirinya kerajaan Majapahit, terdapat hubungan dari kisah sebelumnya yakni Sejarah Kerajaan Singasari (Singosari) dimana, kerajaan tersebut diserang habis-habisan oleh pasukan tentara Mongol dengan pasukan Raden Wijaya hingga kerajaan Singasari runtuh.
Baca ini Sejarah Kerajaan Singasari (Singosari) Dan Penyebab Runtuhnya Kerajaan Singasari
Mengenai letak kerajaan majapahit, posisi letak kerajaan Majapahit diyakini terletak dan berada di wilayah kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto provinsi Jawa Timur. Akan tetapi, peninggalan-peninggalan kerajaan Majapahit cukup banyak tersebar di wilayah-wilayah seperti wilayah Mojokerto, Kediri dan Jombang.
Masa Pemerintahan Raden Wijaya
Menurut prasasti Gunung Butak, Wijaya adalah putra dari Dyah Lembu Tal. Wijaya adalah menantu Kertanegara, 4 putri Kertanegara dijadikan istrinya, ke #4 putri Kertanegara itu yakni :
#4 Putri Kertanegara
1. Dyah Dewi Tribhuwaneswari
2. Dyah Dewi Narendraduhita
3. Dyah Dewi Prajnaparamitha Jayendradewi
4. Dyah Dewi Gayatri
Sedangkan dari Gayatri mempunyai 2 istri yaitu :
1. Tribhuwanatunggadewi
2. Dyah Wiyat
Ketika terjadi serangan Jayakatwang, Raden Wijaya berhasil melarikan diri ke Madura bersama istri dan pengikut-pengikutnya. Di Madura, ia di terima oleh Arya Wiraraja, salah seorang Bupati bawahan Raja Kertanegara. Atas saran Wiraraja, Wijaya disuruh berpura-pura mengabdikan diri kepada Raja Jayakatwang.
Ia diberi hutan untuk tempat tinggalnya. Hutan itu dibuka menjadi desa dengan bantuan orang Madura, Rakyat Wiraraja. Desa itu kemudian diberi nama Majapahit, karena di hutan itu terdapat buah yang bernama Maja yang rasanya sangat pahit.
Setelah berhasil menghancurkan kekuasaan Jayakatwang dengan bantuan pasukan Mongol, Wijaya menobatkan diri sebagai raja dengan kerajaan barunya, yaitu Majapahit. Gelarnya adalah Sri Kertarajasa Jayawardhana. Setelah menjadi raja, Wijaya berbalik menyerang Mongol, sehingga pasukan Mongol banyak yang tewas dan sebagian kembali ke negerinya.
Pada masa kekuasaannya, Wijaya lebih terkonsentrasi untuk memperkuat sendi-sendi kerajaan. Orang-orang yang berjasa dalam pendirian kerajaan diberikan penghargaan yang besar, diantara mereka adalah seperti :
1. Ranggalawe dijadikan Bupati Tuban
2. Empu Nambi diangkat menjadi Mahapatih
3. Lembu Sora, Gajah Biru dan Juru Demung diangkat menjadi Tumenggung.
Pada tahun 1309 M, Raden Wijaya wafat dan dicandikan di Candi Simping sebagai Syiwa dan di Trowulan sebagai Dhyani Buddha. Arca perwujudannya berbentuk Harihara, Arca Harihara yaitu arca perwujudan Wisnu dan Syiwa yang menjadi satu.
Baca juga Sejarah Perkembangan Agama Buddha
Masa Pemerintahan Jayanegara
Jayanegara adalah anak Raden Wijaya dari Tribhuwaneswari. Jayanegara mendapat julukan Kala Gemet. Pada masanya banyak terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh pengikut-pengikut ayahnya, yang diangkat menjadi pejabat.
Ini terjadi karena Jayanegara adalah seorang yang tidak cakap dalam hal kepemimpinan, sehingga dia mudah dimanfaatkan orang untuk mengadu domba orang-orang yang telah berjasa pada Majapahit. Pemberontakan tersebut, antara lain seperti berikut :
1. Pemberontakan Ranggalawe
Pemberontakan Ranggalawe ini terjadi pada tahun 1309.
2. Pemberontakan Lembu Sora
Pemberontakan Lembu Sora ini terjadi pada tahun 1311.
3. Pemberontakan Gajah Biru Dan Juru Demung
Pemberontakan Gajah Biru dan Juru Demung ini terjadi pada tahun 1313.
4. Pemberontakan Empu Nambi
Pemberontakan Empu Nambi ini terjadi pada tahun 1316.
Mulai dari situlah sangat terlihat sekali akan kelemahan dari Jayanegara didalam memimpin kerajaan. Padahal, nambi adalah pejabat tertinggi yang berada dibawah raja, yakni Rakryan Mahapatih Majapahit. Dan pemberontakan yang cukup besar adalah pemberontakan Ra Kuti dan Ra Semi pada tahun 1319.
Pemberontakan Ra Kuti dan Ra Semi ini hampir bisa membuat dan membawa runtuhnya kerajaan Majapahit, karena telah berhasil menduduki ibukota kerajaan. Didalam pemberontakan ini, Jayanegara menyelamatkan diri ke Desa Badender dengan dikawal oleh prajurit Bhayangkara (arti Bhayangkara adalah pengawal pribadi raja) yang dipimpin oleh Gajah Mada.
Berkat kecakapan Gajah Mada, pemberontakan tersebut akhirnya dapat diredam dan dipadamkan. Pada tahun 1328, Jayanegara tewas dibunuh oleh tabib kerajaan yang bernama Ra Tanca. Ra Tanca selanjutnya bertarung melawan Gajah Mada dan pada akhirnya Gajah Mada berhasil membunuh Ra Tanca.
Masa pemerintahan Tribhuwanatunggadewi
Tribhuwanatunggadewi adalah seorang anak Raden Wijaya dari Gayatri atau adik keponakan dari Jayanegara. Tribhuwanatunggadewi tidak lama memegang tampuk kepemimpinan. Kepemimpinan Tribhuwanatunggadewi didampingi oleh Mahapatih Amangkubumi, Arya Tadah yang pada saat itu sedang mengalami sakit.
Pada masa pemerintahannya terjadi pemberontakan di daerah Besuki yang dipimpin oleh Sadeng dan Keta pada tahun 1331. Pemberontakan ini cukup membahayakan Majapahit. Oleh karena itu, atas usul dari Arya Tadah, Gajah Mada kemudian diangkat sebagai panglima tertinggi kerajaan dengan misi untuk menumpas seluruh pemberontakan yang terjadi.
Berkat kecakapan Gajah Mada, akhirnya beliau diangkat menjadi Mahapatih Amangkubumi Majapahit, dengan menggantikan posisi Arya Tadah. Pada saat pelantikannya itulah, kemudian Gajah Mada mengucapkan sebuah sumpah yang sangat terkenal yakni Tan Amukti Palapa.
Isi sumpah Tan Amukti Palapa
Isi sumpah Tan Amukti Palapa adalah bahwa Gajah Mada tidak akan pernah berhenti berjuang dan hidup enak sebelum sebelum dapat menyatukan Nusantara dibawah kekuasaan Majapahit.
Pada tahun 1350 Gayatri wafat dan dimakamkan di Bhalango (dekat Tulungagung). Karna kematian ibunya, Tribhuwanatunggadewi mengundurkan diri sebagai Raja. Selanjutnya takhta kerajaan diserahkan kepada putranya yang bernama hayam wuruk, yang masih berusia 16 tahun.
Masa pemerintahan Hayam Wuruk
Hayam Wuruk berarti ayam jantan yang berkokok di pagi hari. Hayam Wuruk adalah raja terbesar Majapahit. Gelarnya adalah Sri Rajasanagara. Pada masanya, Majapahit mengalami puncak kegemilangan. Berkat kecakapan kepemimpinan Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada, Majapahit berkembang menjadi kerajaan yang besar, kuat, tangguh, dihormati kawan dan disegani lawan.
Sebagai seorang raja, Hayam Wuruk sangat berpandangan luas, cermat, adil dan disiplin. Dia memberikan kesempatan Gajah Mada untuk memenuhi sumpahnya itu, yaitu menyatukan Nusantara. Dalam waktu beberapa tahun saja, Gajah Mada menjadikan Majapahit kerajaan yang sangat besar. Misalnya pada tahun 1334 menaklukan Pulau Bali dan pada tahun 1337 menaklukan Sriwijaya.
Baca ini Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Menurut Kitab Negarakertagama, daerah yang ditaklukkan Majapahit dan mengakui kedaulatannya adalah sebagai berikut :
1. Daerah Melayu
Daerah Melayu meliputi Jambi, Minangkabau, Singapura, Siak, Kampar, Rokan, Mandailing, Tamiang, Perlak, Karitang, Padang dan Lampung.
2. Daerah Malaka
Daerah Malaka meliputi Pahang, Langkasuka, Trengganu, Tumasik, Pattani dan Kuala Lumpur.
3. Daerah Jawa
Daerah Jawa meliputi 21 negara daerah. Daerah-daerah itu adalah Daha (Kediri), Jagaraga, Kahuripan (Jenggala), Tanjungpura, Pajang, Kembangjenar, Matahun, Wirabumi, Keling, Kalingapura, Pandan Salas, Paguhan, Wengker, Kabalan, Tumapel, Singasari, Pamotan, Mataram, Lasem, Pakembangan dan Pawanawan. Daerah Pasundan ternyata tidak masuk dalam wilayah kekuasaan Majapahit.
Baca ini Sejarah Kerajaan Kediri (Panjalu)
4. Daerah Timur
Daerah Timur meliputi Bali, Nusa Penida, Bima, Dompo, Seram, Wuanin (Papua Barat), Lumak, Makassar, Selayar dan Caltoa (Kangean).
5. Daerah Utara
Daerah Utara meliputi seluruh daerah Kalimantan dan Sulawesi hingga Filipina Tengah ke Selatan.
Ternyata ada satu daerah di Jawa yang belum dapat di taklukkan, padahal cukup dekat, yaitu Kerajaan Sunda di Jawa Barat. Menurut Kidung Sundayana, Gajah Mada ingin menaklukkan dengan cara diplomatis. Dia membujuk Hayam Wuruk agar mau menikahi Dyah Pitaloka putri raja Sunda.
Pada waktu raja Pajajaran menuju Majapahit untuk mengantarkan putrinya menikah, rombongan Kerajaan Sunda itu berkemah di sebuah daerah yang bernama Bubat. Disanalah akhirnya terjadi kesalahpahaman yang akhirnya menyebabkan terjadi pertempuran yang disebut dengan perang Bubat. Sri Baduga (raja Sunda) tewas terbunuh dan Dyah Pitaloka bunuh diri di tempat itu juga.
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit banyak mendirikan bangunan suci. Adapun bangunan suci yang dibangun pada masa pemerintahan Hayam Wuruk tersebut yakni sebagai berikut :
1. Candi Penataran di Blitar
2. Candi Sawentar
3. Candi Jabung
4. Candi Tikus di Trowulan
5. Candi Telagawangi
6. Candi Surawangi
7. Candi Sumberjati
8. Candi Sukuh di lereng Gunung Lawu
9. Candi Kedaton di Besuki
Dibidang seni sastra, banyak para pujangga yang melahirkan karya-karya bermutu tinggi antara lain :
1. Negarakertagama karya Empu Prapanca
2. Arjunawijaya dan Sutasoma karya Empu Tantular
3. Kuncarakarna
4. Parthayajna
5. Pararaton
6. Ranggalawe
7. Panjiwijayakrama
8. Sorandaka
9. Sundayana
Penyebab Runtuhnya Kerajaan Majapahit
Kemunduran kerajaan Majapahit disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut. Pada tahun 1364 M Gajah Mada meninggal. Kematian Gajah Mada dan ibunya Tribhuwanatunggadewi menyebabkan Hayam Wuruk kehilangan pegangan dalam menjalankan pemerintahannya. Intrik politik diantara keluarga raja kembali terjadi setelah Hayam Wuruk meninggal pada 1389 M.
Hayam Wuruk mempunyai seorang putri dari permaisurinya yang bernama Kusumawardhani. Ia kemudian menikah dengan Wikramawardhana. Dari selirnya, Hayam Wuruk mempunyai anak yang bernama Bhre Wirabhumi. Agar tidak terjadi perebutan takhta, Hayam Wuruk membagi Majapahit menjadi 2 bagian yakni seperti berikut :
1. Bagian barat diberikan kepada Kusumawardhani.
2. Bagian timur diberikan kepada Wirabhumi.
Tidak lama setelah Hayam Wuruk meninggal, terjadi perang antara Kusumawardhani dan Wirabhumi. Perang itu dikenal dengan sebutan Perang Paregreg (Perang Saudara). Dalam perang itu Wirabhumi terbunuh dan Kusumawardhani memimpin Majapahit. Wikramawardhana meninggal pada tahun 1492 M, ia digantikan putrinya yang bernama Suhita.
Ratu Suhita memerintah Majapahit sampai 1447 M. Suhita tidak mempunyai putra. Ia digantikan oleh adik tirinya yang bernama Kertawijaya yang memerintah pada tahun 1451 M. Raja selanjutnya adalah Kertabhumi yang memerintah sampai 1478 M, namun ia dikalahkan oleh Ranawijaya. Ranawijaya adalah raja Majapahit terakhir yang gagal mengembalikan Majapahit pada kejayaannya. Banyak raja-raja taklukan dibawah Majapahit yang melepaskan diri.
Disamping itu, pengaruh agama Islam mulai berkembang di pesisir utara Pulau Jawa, yang diikuti dengan berkembangnya Demak yang beragama Islam. Banyak pejabat Demak keturunan Majapahit yang sudah memeluk agama Islam. Demikian pembahasan mengenai sejarah kerajaan majapahit hingga runtuh.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Hukum Tentang Berpacaran
Pacaran Adalah Perbuatan Mendekati Zina “Dan janganlah kalian mendekati perbuatan zina, sesungguhnya itu adalah perbuatan nista/kej...
-
Hukum Bacaan Mad Lengkap dengan Contoh Pada Kalimatnya ads 1 Ada beberapa hukum bacaan Mad yang akan saya bahan pada kesempatan ka...
-
Pada zaman dahulu desa Purwodadi sebenarnya adalah sebuah hutan, dan didirikanlah sebuah pemukiman penduduk hingga berdiri sebuah Kadipaten ...
-
Sumber Sejarah Kerajaan Majapahit Sumber sejarah yang dapat digunakan untuk meneliti sejarah Kerajaan Majapahit diantaranya bersumber dari ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar